LIFT
Lift adalah angkutan transportasi vertikal
yang digunakan untuk mengangkut orang atau barang. Lift umumnya
digunakan di gedung-gedung bertingkat tinggi; biasanya lebih dari tiga atau
empat lantai. Gedung-gedung yang lebih rendah biasanya hanya mempunyai tangga
atau eskalator.
Secara umum jenis lift dilihat dari pemakaian muatan
dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) kelompok, yaitu :
1. Lift Penumpang ( Passenger Elevator)
2. Lift Barang ( Freight elevator )
3. Lift Pelayan ( Dumb Waiter, lift barang berukuran
kecil ).
Secara teknis lift-lift tersebut tidak jauh berbeda
secara prinsip. Perbedaan yang nyata pada interior dan perlengkapan operasi
dari lift-lift tersebut. Juga pada sistem pengamanan operasi yang dipasang
sebagian besar sama, hanya pada dumb waiter sistem pengamanan operasi yang
disediakan lebih sederhana.
Perbedaan tersebut akan semakin nyata apabila
dibandingkan antara lift barang untuk pabrik (besar) dengan lift penumpang yang
dipergunakan didalam gedung-gedung diperkantoran. Lift barang untuk pabrik
(sesuai dengan kebutuhan) dilengkapi dengan pembuka pintu yang lebih besar,
baik dipasang dengan pembukaan secara horizontal (terdiri lebih dari dua pintu)
maupun yang dipasang dengan sistem pembukaan pintu vertikal (biasanya terdiri
dari dua daun pintu atau lebih)
Perbedaan lain juga dapat dilihat pada cara
penulisan kapasitas muatannya. Kapasitas digerakan pada COP (Car Operation
Panel, Operation Panel Board) didalam kereta biasanya dinyatakan dalarn
kilogram (kg) atau (Ib) untuk jenis lift barang, sedangkan untuk penumpang
sering dinyatakan dalam jumlah orang (persons) atau kombinasi keduanya. Akan
tetapi perbedaan tersebut akan menjadi semakin tipis apabila kita bandingkan
lift penumpang dan lift barang yang terpasang dalam gedung perkantoran. Hal tersebut
disebabkan karena sebagian besar lift barang yang terpasang didalam gedung
hunian dipersyaratkan juga untuk dapat mengangkut penumpang atau orang.
u Jenis
Elevator / lift dilihat dari penggunaannya, adalah ;
1. Passenger Elevator.
2. Observation Elevator (Panoramic Elevator, Lift
Capsul).
3. Service Elevator (passenger-freight elevator).
4. Fireman lift (lift Pemadam Kebakaran).
Observation elevator adalah jenis lift penumpang
yang sebagian besar pada dindingnya atau pintunya dilengkapi dengan kaca.
Sehingga memungkinkan penumpangnya dapat melihat kearah luar. Lift jenis ini
biasanya dipasang pada pertokoan atau hotel yang memiliki pemandangan yang
bagus.
Jenis Lift Berdasarkan Fungsinya
u Pemilihan
kapasitas-kapasitas lift akan menetukan jumlah lift yang mempengaruhi pula
kualitas pelayanan gedung, terutama proyek-proyek komersil. Lift juga memiliki
bermacam-macam jenis sesuai dengan fungsinya, yaitu:
1.Lift Penumpang
Passenger elevator atau lift penumpang biasanya
dipasang pada rumah tinggal, ruko, gedung rendah, medium, bahkan high rise.
Jenis ini merupakan lift yang paling banyak digunakan di seluruh dunia dan
Indonesia khususnya.
2.Lift Barang.
Setiap gedung bertingkat banyak baik dalam
bentuk perkantoran, flat, atau penggunaan campuran dengan gedung komersiil
pasti memerlukan sarana sirkulasi vertical untuk barang di samping untuk orang.
Kriteria untuk lift barang yang penting ialah ukuran dan berat barang yang
harus diangkut.
Dalam gedung- gedung dengan penggunaan campuran (mixed use) seringkali lift barang juga harus dapat melayani angkutan orang terutama pada jam-jam sibuk. Perkiraan yang dapat digunakan dalam perencanca ialah untuk setiap 5 lift diperlukan 1 lift barang.
Dalam gedung- gedung dengan penggunaan campuran (mixed use) seringkali lift barang juga harus dapat melayani angkutan orang terutama pada jam-jam sibuk. Perkiraan yang dapat digunakan dalam perencanca ialah untuk setiap 5 lift diperlukan 1 lift barang.
3.Lift Service.
Lift ini juga merupakan lift penumpang, namun
fungsinya dikhususkan bagi karyawan gedung tersebut atau untuk membawa barang
barang yang kecil. Lift ini banyak kita temui di gedung perkantoran.
Tata Cara Perancangan Lift dalam Bangunan.
Secara umum syarat dalam mendesain sistem
transportasi lift adalah sebagai berikut:
u Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan
melebihi 3 tingkat.
u Minimal tersedia 1 buah lift untuk bangunan
melebihi 1 tingkat jika ada pengguna manula dan atau difabel.
u Jarak jalan ke area lift maksimal 45 meter.
u Lobby lift cukup luas dan berdekatan dengan
tangga.
u Sebuah lift hanya melayani maksimal 15 lantai
agar waktu tunggu tidak terlalu lama. Tersedia express lift untuk bangunan
melebihi 15 lantai (sistem zona lift). Express lift mem-bypass lantai-lantai
bawah dan langsung berhenti di lantai 16, 17, 18, dst.
u Tersedia skylobby untuk setiap kelipatan 20-25
lantai. Skylobby adalah lantai lobby di mana orang turun dari lift express dan
berpindah ke lift-lift lokal yang berhenti pada tiap lantai di atasnya. Dengan
demikian kebutuhan ruang core/shaft lift bisa tetap.
Jika ada dua deret lift berhadap-hadapan maka
lebar lobby dibuat sekitar 3,5 – 4,5 meter atau dua kali panjang lift. Satu
deret lobby sebaiknya tidak lebih dari 3 buah lift agar calon penumpangnya bisa
dengan mudah melihat lift yang terbuka atau tersedia.
Perhitungan Waktu Tempuh Lift
Waktu ini hanya dapat dihitung secara
pendekatan sebab perjalanan lift antar lantai pasti tidak akan mencapai
kecepatan yang menjadi kemampuan lift itu sendiri dan pada perjalanan lift non
stop, kecepatan kemampuanya baru tercapai setelah lift bergerak beberapa lantai
dulu, misalnya lift dengan kemampuan bergerak 6m/detik baru dapat mencapai
kecepatan tersebut setelah bergerak 10 lantai.
Dalam praktek, perhitungan elevator dilakukan
oleh supplier lift yang menghitung kebutuhan lift berdasarkan data-data dari
pabrik pembuatnya. Secara pendekatan, yaitu perjalanan bolak balik lift terdiri
dari:
u Penumpang memasuki lift lantai dasar yang
memerlukan waktu 1,5 detik per orang dan untuk lift dengan kapasitas 8 orang
perlu waktu 1,5 detik
u Pintu lift menutup kembali 2 detik
u Pintu lift membuka di setiap lantai tingkat
(n-1) 2 detik
u Penumpang meninggalkan lift di setiap lantai
dalam 1 zone sebanyak
u (n-1) lantai : (n-1) x m/n-1 x 1.5 detik
u Pintu lift menutup kembali di setiap lantai
tingkat (n-2) 2 detik
u Perjalanan bolak-balik dalam 1 zone
u Pintu membuka di lantai dasar 2 detik.
Detail Lift
1. Ruang
mesin ( Machine Room )
Ruang
mesin adalah ruang terpenting, dimana diruangan tersebut terjadinya semua
proses pengoperasian elevator berlangsung secara keseluruhan. Didalam ruang mesin
terdapat beberapa alat penggerak elevator.
2. Motor penggerak
Motor penggerak elevator ini memiliki asupan daya
tegangan bolak-balik (Ac) dari PLN yang sangat berperan dalam pelaksanaan kerja
elevator, motor penggerak ini mempunyai kemampuan putar antara 50 putaran per
menit sampai dengan 210 putaran per menit. Dengan kapasitas tegangan motor yang
disesuaikan dengan kapasitas angkut .
Motor penggerak ini dilengkapi dengan rem magnet (
magnetic brake ) yang berfungsi menahan motor ketika kereta telah sampai pada
lantai yang dituju, pergerakan cepat atau lambatnya elevator diatur oleh PLC
(Programable Logic Control) . Motor penggerak dalam menarik dan menurunkan
elevator menggunakan tali baja ( rope ) yang melingkar pada puli mesin ( sheave
).
Jenis Penggerak Elevator / lift pada umumnya
Pada umumnya jenis penggerak lift dapat digolongkan
menjadi dua kelompok yaitu :
A. Lift dengan sistem pengerak hidrolis (hydrolic
elevator).
B. Lift dengan sistem penggerak dengan motor listrik
(traction type elevator).
Lift Elektrik
Lift elektrik terdiri dari sebuah tabung yang
di pasang pada rel pemandu, didukung oleh kabel pengerek, dan dikemudikan oleh
mesin penggeraak elektis pada mesin lift.
Lift Hidrolik
Lift hidrolik terdiri dari sebuah tabung yang
didukung oleh piston yang bergerak searah atau berlawanan dengan cairan yang
diberi tekanan. Tidak diperlukan rumah lift, tapi lift hidrolik memmiliki
kecepatan rendah dan panjang piston membatasi penggunaannya hanya pada bangunan
enam lantai.
3. Governor
Governor adalah komponen penggerak utama dalam
elevator, didalam governoor ini terdapat saklar yang berfungsi untuk
menonaktifkan semua rangkaian sehingga otomatisasi elevator mati dan tidak
berfungsi. Selain saklar juga terdapat pengait rem, pengait rem ini berfungsi
untuk menghentikan kawat selling dan kawat selling ini menarik rem yang ada di
kereta elevator.
4. Panel
Panel ini adalah tempat control elevator secara
otomatis, panel ini terdapat inverter motor dan program logic control yang
berfungsi untuk mengatur geraknya elevator.
5. Ruang luncur
Ruang luncur ini adalah tempat dimana elevator
beroperasi berbentuk lorong vertikal, disinilah elevator menjangkau tiap-tiap
lantainya.didalam ruang luncur ini terdapat beberapa komponen utama yang tak
kalah pentingnya dibandingkan dalam ruang mesin.
6. Kereta ( Sangkar )
Kereta elevator beroperasi pada ruang luncur dan menapak
pada rail di kedua sisinya, pada sisi kanan dan kiri terdapat pemandu rail (
sliding guide ) yang berfungsi memandu atau menapaki rail.Selain pemandu rail (
sliding guide ) juga terdapat karet peredam ( silencer rubber ) yang berfungsi
untuk mengurangi kejutan ketika elevator berhenti maupun mulai start, selain
itu pula terdapat pendeteksi beban (switch overload) yang terdapat dibawah
kereta elevator. Pada pintu kereta elevator juga terdapat sensor gerak ( safety
ray ) dan sensor sentuh ( safety shoe ) yang terpasang pada pintu kereta dan
berfungsi supaya untuk penumpang elevator tidak terjepit pintu elevator,
didalam kereta elevator juga terdapat tombol-tombol pemesanan lantai ( floor
button ) yang akan dituju oleh pengguna elevator.
Kereta elevator memiliki pintu otomatis yang digerakkan oleh
motor stepper yang bekerja berdasarkan sinyal digital yang asalnya dari sensor
kedekatan ( proximity ) yang berfungsi menentukan level atau tidaknya lantai,
setelah lantai dinyatakan level atau rata maka motor stepper akan membuka pintu
secara otomatis.
Ada beberapa komponen pendukung kerja elevator antara lain
seperti dibawah ini :
1. Saklar pintu ( door contact )
Saklar pintu ( door contact ) ini termasuk dalam komponen
pengaman elevator.
2. Kunci pintu ( door lock )
Berfungsi untuk mengunci pintu agar pintu tidak dapat dibuka
dari luar
3. Saklar batas atas ( final up ) dan bawah ( final down )
Saklar batas atas dan bawah berfungsi untuk mengamankan
kereta elevator terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan kecepatan.
7. Saklar Pintu
Saklar pintu atau sering disebut dengan door contact adalah
salah satu komponen yang termasuk penting dalam pengamanan elevator, cara kerja
dari saklar pintu ( door contact ) ini adalah saklar di hubungkan kabel saklar
pintu ( door contact ) tiap-tiap lantai secara seri.Apabila salah satu pintu
dibuka secara sengaja maka elevator tidak akan bekerja, ini dikarenakan untuk
keselamatan pengguna elevator atau bagian perawatan elevator.
8. Bobot imbang ( counterweight )
Bobot imbang atau counterweight biasanya terpasang
dibelakang atau disamping kereta elevator, bobot dari bobot imbang ini harus
sesuai dengan ketentuan yang ada. Faktor-faktor yang menentukan berapa berat
dari bobot imbang ini diantaranya harus memperhitungkan berat kereta, kapasitas
penuh pada kereta dan faktor keseimbangan.
9. Peralatan Pengaman ( Safety Device )
Peralatan pengaman safety device pada lift meliputi
a. Circuit braker
Memutuskan sumber (aliran) listrik dari panel induk (sub
panel) ke panel control lift. Menjaga peralatan elektronik dari lift jika
terjadi arus lebih (over current).
b. Governoor
Memutuskan power/aliran listrik ke control panel lift jika
governor mendeteksi terjadinya overspeed (kecepatan lebih) pada traffict lift
(putaran roda pulley governoornya). Menjepit sling governor (catching).Secara
mekanik bandul governor akan menjepit sling overnor (rope governor) dan dengan
terjepitnya sling ini,maka sling ini akan menarik safety wedge pada unit safety
gear/safety wedge yang terletak di bawah car lift dan akan mencengkaram rail
untuk melakukan pengereman secara paksa terhadap lift.
c. Final limit switch (upper/bagian atas)
Merupakan double proteksi untuk menghentikan operasi lift
jika limit switch (upper) gagal beroperasi.
d. Limit switch (upper/bagian atas)
Berfungsi menjaga lift beroperasi melewati batas travel
lantai tertingginya.
e. Emergency exit (manhole)
Penumpang dapat di evakuasasi dari dalam sangkar melalui
manhole ini pada saat emergency.Manhole ini hanya dapat di buka dari sisi luar
bagian atas.jika pintu ini terbuka lift otomatis akan berhenti.
f. Emergency light (lampu emergency)
Lampu emergency akan menyala secara otomatis jika terjadi
pemadaman sumber listrik.Lampu ini dapat bertahan rata-rata sampai dengan 15
menit.
g. Safety gear/safety wedge
Melakukan pengereman (menjepit) terhadap rail jika governor
mendeteksi terjadinya over speed.
h. Limit switch (Lower/bagian bawah)
Menjaga lift beroperasi melewati batas travel lantai
terendahnya.
i. Final limit switch (lower/bagian bawah)
Merupakan double proteksi untuk menghentikan opersi lift
jika limit switch gagal beroperasi.
j. Lubang kunci pintu luar
Terletak di sisi sebelah atas dari pintu luar lift yang memungkinkan
untuk di buka jika ingin melakukan pertolongan darurat pada penumpang jika
terjadi emergency.
k. Door lock switch
Mencegah pintu terbuka pada saat lift sedang beroperasi
(running).Pintu hanya dapat di buka setelah sangkar berhenti.
l. Interphone
Penumpang dapat berkomunikasi dengan petugas teknisi
(building maintenance) di ruang mesin,ruang control atau ruang security jika
terjadi pemdaman listrik atau hal emergency.
m. Safety shoe
Mendeteksi gangguan pada saat pintu akan menutup dan membuka
kembali jika mendeteksi sesuatu.Photocell dapat di gunakan secara bersamaan
safety shoe ini.
n. Weighing Device (pendeteksi beban)
Memberikan / mengaktifkan buzzer alarm pada saat weighing
device ini mendeteksi beban sangkar yang berlebih.jika weighing device ini
aktif pintu lift akan tetap terbuka sampai dengan sangkar di kurang bebannya.
o. Apron
Mencegah penumpang terjatuh ke dalam hoistway (ruang luncur
lift) pada saat penumpang mencoba keluar ketika lift berhenti tidak level.
p. Buffer
Jika sangkar atau counterweight (beban penyeimbang) bergerak
ke arah paling bawah, buffer akan mengurangi terjadinya shock (guncangan).
10. Lobi lift ( Lift Hall ):
a. Lobi lift (Lift Hall) adalah ruang bebas yang lerletak
didepan pintu hall lift.
b. Tombol Lantai (Hall button ) adalah Tombol pemanggil
kereta, di hall.
c. Sakelar Parkir (Parking switch) terletak di lobby utama
didekat tombol lantai (hall button), berfungsi mematikan dan menjalankan lift.
d. Sakelar Kebakaran (Fireman Switch) terletak di lobby
utama disisi atas hall button, berfungsi untuk mengaktipkan fungsi fireman
control atau fireman operation.
e. Petunjuk Posisi Kereta (Hall indicator) terletak di
transom masing-masing lift. Berfungsi untuk mengetahui posisi masing-masing
kereta.
11. Konstruksi tali baja tarik
Tali baja tarik khusus untuk lift harus dibuat dari kawat
baja yang cukup kuat, tetapi cukup lemas tahan tekukan, dimana tali tersebut
bergerak bolak balik melalui roda. Batas patah elemen kawat baja ialah
kira-kira 19.000 kgf/cm2 atau 190kgf/mm2 (high content carbon steel).
Konstruksi tali yang khas untuk lift terdiri dari 8 pintalan
yang dililitkan bersama, arah kekiri ataupun kekanan dengan inti ditengah dari
serat sisal manila henep, yang jenuh mengandung minyak lumas. Tiap-tiap
pintalan terdiri dari 19 kawat yaitu 9.9.1, artinya 9 kawat diluar, 1 dipusat
dan 9 lagi diantaranya. Biasanya 9 elemen kawat baja yang diluar dibuat dari
baja "lunak" (130 kgf7mm2) agar menyesuaikan gesekan dengan roda puli
dari besi tuang, tanpa rnenimbulkan keausan berlebihan. Konstruksi tali sering
disebut atau ditulis 8x19 atau 8 x 9.9.1. FC (fibre core).
Inti serat sisal dapat juga diganti dengan serat sintetis.
Adapun tujuannya hanya sebagai bantalan untuk mempertahankan bentuk bulat tali
dan memberikan pelumasan pada elemen kawat. Tali baja yang dilengkapi inti
serat diberi kode FC (fibre core), untuk membedakan dengan tali yang dilengkapi
inti kawat baja atau kawat besi yang diberi kode IWC (independent wire core).
Yang tersebut terakhir tidak memberikan pelumasan dan tidak digunakan untuk
lift karena tidak luwes.
Dilihat dari segi arah pilinan, tali dibedakan atas 2 jenis
yaitu :
1. Regular lay, jika arah pilinan kawat berlawanan dengan
arah lilitan dan strand
2. Lang lay, jika arah pilinan kawat sama searah dengan
lilitan dan stand.
Keuntungan dari lang lay ialah kemuluran tali lebih kecil
yaitu 0.1 % hanya dibanding dengan regular lay 0.5%. Tekanan pada alur puli
lebih kecil sehingga lebih awet dan lebih luwes, tidak mempunyai sifat kaku
(menendang) saat mau dipasang. Lang lay dipakai untuk instalasi lift
berkecepatan tinggi diatas 300 m/menit, dan jarak lintas diatas 200 m.
Lang lay juga lebih tahan terhadap fatigue, tetapi batas
patah lebih kecil kira-kira 10% dibanding dengan regular lay. Umpama pada tali berdiameter
13 mm, untuk regular lay batas patah 6500 kgf, sedangkan pada lang lay sebesar
kira-kira 5800 kgf.
Tali baja kompensasi
Tali baja kompensasi dipasang sebagai pengimbang berat tali
baja tarik, terutama pada instalasi lift dengan tinggi lintas lebih dari 35
meter dan lift dengan berkecepatan 210 m/menit keatas. Lift dengan lintas
rendah sampai 35 m dan berkecepatan dibawah 210 m/menit menggunakan rantai
gelang sebagai pengimbang berat tali baja tarik.
salah satu manfaat penggunaan kompensasi berat atas tali
baja ialah menjaga hubungan traksi T1/T2 konstan sepanjang lintasan. Lonjakan
kereta dapat terjadi saat bobot imbang membentur peredam di pit. Oleh karena
itu overhead harus diperhitungkan tingginya untuk cukup menampung tinggi ruang
aman disamping lonjakan kereta setinggi setengah langkah peredam. Setelah
terjadi Ionjakan, kereta akan jatuh kembali ke posisi menggantung dengan
menimbulkan tegangan dinamis pada tali baja tarik sesaat, setelah lonjakan.
Kejutan semacam itu juga dapat terjadi saat pesawat pengaman bekerja yaitu
kereta meluncur overspeed kebawah tiba-tiba dihentikan, sehingga bobot irnbang
melonjak keatas sesaat dan kembali ke kedudukannya menggantung dengan
menimbulkan tegangan dinamis pada tali baja tarik.
Tali kompensasi mempunyai peranan meredam peristiwa lonjakan
tersebut. Untuk mengurangi tegangan dinamis pada tali baja tarik, terutama pada
lift berkecepatan diatas 210 m/m, maka dipasang roda teromol di pit sebagai
penegang tali kompensasi. Teromol tersebut beralur sesuai dengan jumlah dan
besarannya tali kompensasi serta duduk pada rumah yang bebas naik-turun
mengikuti ayunan, yang dipandu oleh sepasang rel vertikal.
Gerakan ayunan naik-turun rumah teromol tersebut perlu
diredam dengan satu atau dua buah shock breaker (sejenis yang digunakan pada
kendaraan bermotor) yang diikat pada dasar pit sekaligus sebagai penahan kereta
agar tidak atau hampir tidak melonjak. Posisi kereta diujung atas dimulai dari
tali kendor atau kecepatan Vo = 0, saat bobot imbang membentur penyangga dan
terhenti. Tahapan berikutnya tegangan puncak tali terjadi saat tali baja tarik
menahan kereta yang turun kembali dari lonjakan.
Jika tali kompensasi tidak dilengkapi dengan teromol
penegang yang sesuai, dan peredam dari bobot imbang tidak dilengkapi dengan
saklar pemutus arus, maka kereta dapat saja meloncat sampai membentur bagian
bawah lantai kamar mesin, yaitu sesaat setelah bobot imbang membentur
penyangga. Peristiwa ini sering disebut oleh teknisi lapangan sebagai peristiwa
"jatuh keatas".
Pada bagian pit lift diberi kedalaman 2 m sebagai
pemberhentian akhir yang berada paling bawah, terbuat dari dinding yang tidak
rembes air.Peletakkan lift terhadap struktur bangunan diletakkan di dalam core
menggunakan tipe jenis lift tertutup. Zona lift diletakkan di tengah agar mudah
dikases. Lift melayani setiap lantai. Ruang mesin diletakkan di atap bangunan
menggunakan sistem struktur rangka dan pada bagian pit lift menggunakan dinding
tahan air karena letaknya yang paling bawah bangunan.
KELISTRIKAN DAN KESELAMATAN LIFT
A.Pengenalan Sistem Lift
Desain Elevator ini menggunakan motor listrik, tali, dan
counterweight bukan peralatan hidrolik. Rel panduan utama sudah terpasang pada
setiap sisi kotak penumpang (box) dan sepasang tambahan rel penyeimbang terletak
pada satu sisi atau di belakang. Mesin diarahkan, bersama dengan peralatan
drive terkait, umumnya terletak di atas hoistway di ruang mesin penthouse.
Dalam beberapa situasi terbatas, dapat terletak di sebelah hoistway pada
pendaratan lebih rendah. Pengaturan yang terakhir ini disebut sebagai traksi
basement. Motor digerakan oleh listrik AC atau DC. sebuah kerekan DC motor
didukung oleh AC / DC motor-generator (MG) adalah seperangkat solusi yang
diinginkan dalam lalu lintas tinggi instalasi lift selama beberapa dekade . MG
set juga biasanya didukung pengontrol relay dari lift, yang memiliki keuntungan
tambahan elektrik mengisolasi lift dari seluruh sistem listrik sebuah bangunan,
sehingga menghilangkan lonjakan daya sementara dalam pasokan listrik bangunan yang
disebabkan oleh motor start dan stop (menyebabkan redup pencahayaan setiap kali
lift digunakan misalnya), serta gangguan pada peralatan listrik lain yang
disebabkan oleh lengkung dari kontaktor relay di sistem kontrol.
B. Pengaman Dalam Lift
1. HARDWIRED CIRCUITS PENGAMAN KELISTRIKAN
Pada perancangan perangkat keras lift terdapat banyak komponen elektronika untuk dapat membangun sebuah sistem lift. Komponen – komponen yang dibutuhkan dalam membangun sistem lift ini dibutuhkan beberapa jenis sensor dan komponen – komponen elektronika lainnya. Berikut komponen yang digunakan pada sistem liftserta rangkaian elektronika untuk mengkontrol perangkat keras antara lain :
• Kontrol Tombol
• Kontrol Driver Motor DC dan Motor DC Gear
• Kontrol Penstabil Tegangan (Regulator)
• Power On Reset
• Kontrol Alarm
• Sensor Limit Switch
Pada perancangan perangkat keras lift terdapat banyak komponen elektronika untuk dapat membangun sebuah sistem lift. Komponen – komponen yang dibutuhkan dalam membangun sistem lift ini dibutuhkan beberapa jenis sensor dan komponen – komponen elektronika lainnya. Berikut komponen yang digunakan pada sistem liftserta rangkaian elektronika untuk mengkontrol perangkat keras antara lain :
• Kontrol Tombol
• Kontrol Driver Motor DC dan Motor DC Gear
• Kontrol Penstabil Tegangan (Regulator)
• Power On Reset
• Kontrol Alarm
• Sensor Limit Switch
2. BRAKE CONTROL
Lift menggabungkan beberapa fitur keamanan untuk mencegah kabin menabrak bagian bawah shaft. Pengaman diinstal pada kabin bisa mencegah jenis kecelakaan yg terjadi ketika rem motor gagal atau tali kawat cangkang tiba2 putus Namun, desain yang melekat pada pengaman kabin dibuat untuk tidak berlaku ke arah atas.
Dalam arah ke atas, rem motor diperlukan untuk menghentikan kabin ketika kondisi darurat terjadi. Dalam operasi normal, rem motor hanya berfungsi sebagai rem parkir untuk menahan kabin saat berhenti. Namun, ketika kondisi darurat terdeteksi, desain kontrol lift sistem moderen hanya mengandalkan rem motor untuk menghentikan kabin.Electrical Braking (Rem pada Motor Electric)
Lift menggabungkan beberapa fitur keamanan untuk mencegah kabin menabrak bagian bawah shaft. Pengaman diinstal pada kabin bisa mencegah jenis kecelakaan yg terjadi ketika rem motor gagal atau tali kawat cangkang tiba2 putus Namun, desain yang melekat pada pengaman kabin dibuat untuk tidak berlaku ke arah atas.
Dalam arah ke atas, rem motor diperlukan untuk menghentikan kabin ketika kondisi darurat terjadi. Dalam operasi normal, rem motor hanya berfungsi sebagai rem parkir untuk menahan kabin saat berhenti. Namun, ketika kondisi darurat terdeteksi, desain kontrol lift sistem moderen hanya mengandalkan rem motor untuk menghentikan kabin.Electrical Braking (Rem pada Motor Electric)
• DC injection braking.
• Plugging.
• Eddy current braking.
• Dynamic resistor braking.
• Regenerative braking.
• Plugging.
• Eddy current braking.
• Dynamic resistor braking.
• Regenerative braking.
3. GOVERNOR ROPE MONITOR
Tali governor pada lift disediakan dengan rem tambahan yang merupakan rem fail safe dan yang beroperasi untuk menghentikan gerakan tali governor ketika mobil lift bergerak dari pendaratan dengan pintu terbuka. Rem ini mencakup dua rahang gripper tali di ruang mesin di bawah sheave governor, yang rahang diadakan jauh dari tali governor oleh solenoid selama listrik tersedia untuk memberi energi solenoida. Bila catu daya ke solenoida terganggu, rahang yang dirilis jatuh oleh gravitasi terhadap satu sama lain untuk pegangan tali governor. Rem mobil darurat dengan demikian tersandung dan pergerakan mobil berhenti. Rem juga dapat diberikan untuk mengendalikan tali penyeimbang governor.
Tali governor pada lift disediakan dengan rem tambahan yang merupakan rem fail safe dan yang beroperasi untuk menghentikan gerakan tali governor ketika mobil lift bergerak dari pendaratan dengan pintu terbuka. Rem ini mencakup dua rahang gripper tali di ruang mesin di bawah sheave governor, yang rahang diadakan jauh dari tali governor oleh solenoid selama listrik tersedia untuk memberi energi solenoida. Bila catu daya ke solenoida terganggu, rahang yang dirilis jatuh oleh gravitasi terhadap satu sama lain untuk pegangan tali governor. Rem mobil darurat dengan demikian tersandung dan pergerakan mobil berhenti. Rem juga dapat diberikan untuk mengendalikan tali penyeimbang governor.
4. BACK OUT OF OVER TRAVEL SWITCH
Overtravel (posisi di luar jarak pengoperasian) aktif aktuasi kadang-kadang terjadi pada lift tambang. Banyak faktor dapat menyebabkan hal ini terjadi seperti perubahan suhu, overloading dari alat angkut, peregangan tali, atau berhenti darurat. Limit switches, peralatan ini dipasang pada lantai paling bawah dan paling atas. Peralatan ini untuk mencegah terjadinya over travel lift baik saat lift naik maupun saat lift turun.
Peralatan pengaman utama pada lift antara lain :
1. Sebuah alat pengindra dan pembatas kecepatan (governor) yang mengatur bekerjanya alat pengaman kereta (car safety device) apabila kecepatan kereta melampaui batas yang ditentukan dilengkapi dengan pemutus control listrik.
2. Sakelar pelamban (slow down switch) dan sakelar batas lintas (limit switch) yang keduanya berfungsi sebagai pengaman batas perjalanan kereta baik di ujung atas maupun di ujung bawah yang bertugas untuk menghentikan kereta apabila sampai pada batas perjalanan terakhir ke atas atau ke bawah.
3. Rem mesin yang bekerja secara otomatis apabila sumber tenaga listrik tiba-tiba terputus.
4. Kunci kait (interlock) pada semua pintu ruang luncur dan kontak listrik pengaman pada pintu kereta, keduanya untuk mengatur secara otomatis, agar pintu ruang luncur dan pintu kereta hanya dapat terbuka apabila kereta berada pada batas tertentu dari permukaan lantai perhentian
5. Penyangga dan peredam (buffer) terpasang pada lekuk dasar ruang luncur untuk meredam gaya tumbukan kereta dan/atau bobot imbang yang mungkin jatuh bebas, yaitu ada 2 macam : Penyangga pegas atau penyangga masip kenyal dan Penyangga hidrolik atau peredam.
6. Tombol sakelar darurat (emergency stop switch) di dalam kereta yang berbentuk gagang atau tombol berwarna merah.
7. Peralatan pengaman dan peralatan pendukung lainnya yang disesuaikan dengan standar pabrik pembuat dan tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
Overtravel (posisi di luar jarak pengoperasian) aktif aktuasi kadang-kadang terjadi pada lift tambang. Banyak faktor dapat menyebabkan hal ini terjadi seperti perubahan suhu, overloading dari alat angkut, peregangan tali, atau berhenti darurat. Limit switches, peralatan ini dipasang pada lantai paling bawah dan paling atas. Peralatan ini untuk mencegah terjadinya over travel lift baik saat lift naik maupun saat lift turun.
Peralatan pengaman utama pada lift antara lain :
1. Sebuah alat pengindra dan pembatas kecepatan (governor) yang mengatur bekerjanya alat pengaman kereta (car safety device) apabila kecepatan kereta melampaui batas yang ditentukan dilengkapi dengan pemutus control listrik.
2. Sakelar pelamban (slow down switch) dan sakelar batas lintas (limit switch) yang keduanya berfungsi sebagai pengaman batas perjalanan kereta baik di ujung atas maupun di ujung bawah yang bertugas untuk menghentikan kereta apabila sampai pada batas perjalanan terakhir ke atas atau ke bawah.
3. Rem mesin yang bekerja secara otomatis apabila sumber tenaga listrik tiba-tiba terputus.
4. Kunci kait (interlock) pada semua pintu ruang luncur dan kontak listrik pengaman pada pintu kereta, keduanya untuk mengatur secara otomatis, agar pintu ruang luncur dan pintu kereta hanya dapat terbuka apabila kereta berada pada batas tertentu dari permukaan lantai perhentian
5. Penyangga dan peredam (buffer) terpasang pada lekuk dasar ruang luncur untuk meredam gaya tumbukan kereta dan/atau bobot imbang yang mungkin jatuh bebas, yaitu ada 2 macam : Penyangga pegas atau penyangga masip kenyal dan Penyangga hidrolik atau peredam.
6. Tombol sakelar darurat (emergency stop switch) di dalam kereta yang berbentuk gagang atau tombol berwarna merah.
7. Peralatan pengaman dan peralatan pendukung lainnya yang disesuaikan dengan standar pabrik pembuat dan tidak bertentangan dengan peraturan-peraturan yang berlaku.
C. Pembangkit Listrik Lift
Salah satu pembangkit tenaga listrik dalam elevator yang sering
digunakan adalah generator entah itu generator AC maupun Generator DC sesuai
jenis motor yang digunakan. Sebagai sumber energi listrik dalam suatu sistem
tenaga, generator memiliki peran yang penting, sehingga tripnya PMT/CB
generator sangat tidak dikehendaki karena sangat mengganggu sistem, terutama
generator yang berdaya besar. Dan juga karena letaknya di hulu, PMT/CB
generator tidak boleh mudah trip tetapi juga harus aman bagi generator,
walaupun didalam sistem banyak terjadi gangguan
Untuk menjaga keandalan dari kerja generator, maka dilengkapilah generator dengan peralatan-peralatan proteksi. Peralatan proteksi generator harus betul-betul mencegah kerusakan generator, karena kerusakan generator selain akan menelan biaya perbaikan yang mahal juga sangat mengganggu operasi sistem. Proteksi generator juga harus mempertimbangkan pula proteksi bagi mesin penggeraknya, karena generator digerakkan oleh mesin penggerak mula.
Untuk menjaga keandalan dari kerja generator, maka dilengkapilah generator dengan peralatan-peralatan proteksi. Peralatan proteksi generator harus betul-betul mencegah kerusakan generator, karena kerusakan generator selain akan menelan biaya perbaikan yang mahal juga sangat mengganggu operasi sistem. Proteksi generator juga harus mempertimbangkan pula proteksi bagi mesin penggeraknya, karena generator digerakkan oleh mesin penggerak mula.
D. Pedoman Untuk Keselamatan Lift
Pemilihan sistem elevator pada gedung yang sudah jadi (existing
building) jauh lebih sulit daripada pemilihan sistem elevator pada proyek
pembangunan gedung yang baru. Hal-hal yang perlu diketahui dalam pemilihan
sistem elevator pada existing building antara lain sebagai berikut :
1. Apakah elevator yang akan dipasang diperuntukkan untuk orang, atau barang atau kedua – duanya. Jika lift diperuntukkan sebagai lift penumpang/orang, maka tipe mesin penggerak yang harus dipilih adalah mesin traksi, bisa mesin traksi dengan gearbox ataupun tanpa gearbox (gearless). Akan tetapi jika lift hanya diperuntukkan sebagai lift barang, maka mesin penggerak yang dapat dipilih adalah chain hoist / wire rope hoist dengan harga yang lebih murah namun dengan tingkat keamanan di bawah mesin traksi. Penentuan peruntukkan lift ini juga akan berpengaruh kepada pemilihan finishing dari cabin/car, tipe pintu dan lain sebagainya.
2. Harus diketahui dan diukur dengan jelas ukuran ruang tersedia untuk shaft/hoistway lift. Ukuran ruang tersebut akan menentukan ukuran cabin yang memungkinkan untuk dipasang. Penentuan ukuran cabin secara tidak langsung akan menentukan kapaitas dari lift yang akan dipasang karena lift dengan kapasitas tertentu meiliki ukuran cabin standard tertentu. Jika owner telah mentukan kapasitas dari lift yang akan dipasang, maka harus dicek apakah ruang yang tersedia sesuai dengan kapasitas lift yang diinginkan, jika ukuran ruang shaft tersebut tidak sesuia maka dapat disarankan kapasitas lift yang mendekati kapasitas semula yang diinginkan dan sesuai dengan ukuran ruang yang tersedia.
3. Harus dipastikan bahwa lantai dasar pada ruang yang diperuntukkan untuk shaft lift masih dapat digali untuk pit lift. Kedalaman pit standar biasanya sekitar 1,5 m (untuk kecepatan lift 60 m/m) dan ketebalan cor sekitar 20cm, sehingga harus dapat dipastikan lantai tersebut masih dapat digali dengan kedalaman 1.7m yang akan dipergunakan sebagai pit lift. Kasus yang sulit ialah jika dibawah pit terdapat pondasi / pile cab sehingga kedalaman galian tidak dapat mencapai kedalaman minimal.
1. Apakah elevator yang akan dipasang diperuntukkan untuk orang, atau barang atau kedua – duanya. Jika lift diperuntukkan sebagai lift penumpang/orang, maka tipe mesin penggerak yang harus dipilih adalah mesin traksi, bisa mesin traksi dengan gearbox ataupun tanpa gearbox (gearless). Akan tetapi jika lift hanya diperuntukkan sebagai lift barang, maka mesin penggerak yang dapat dipilih adalah chain hoist / wire rope hoist dengan harga yang lebih murah namun dengan tingkat keamanan di bawah mesin traksi. Penentuan peruntukkan lift ini juga akan berpengaruh kepada pemilihan finishing dari cabin/car, tipe pintu dan lain sebagainya.
2. Harus diketahui dan diukur dengan jelas ukuran ruang tersedia untuk shaft/hoistway lift. Ukuran ruang tersebut akan menentukan ukuran cabin yang memungkinkan untuk dipasang. Penentuan ukuran cabin secara tidak langsung akan menentukan kapaitas dari lift yang akan dipasang karena lift dengan kapasitas tertentu meiliki ukuran cabin standard tertentu. Jika owner telah mentukan kapasitas dari lift yang akan dipasang, maka harus dicek apakah ruang yang tersedia sesuai dengan kapasitas lift yang diinginkan, jika ukuran ruang shaft tersebut tidak sesuia maka dapat disarankan kapasitas lift yang mendekati kapasitas semula yang diinginkan dan sesuai dengan ukuran ruang yang tersedia.
3. Harus dipastikan bahwa lantai dasar pada ruang yang diperuntukkan untuk shaft lift masih dapat digali untuk pit lift. Kedalaman pit standar biasanya sekitar 1,5 m (untuk kecepatan lift 60 m/m) dan ketebalan cor sekitar 20cm, sehingga harus dapat dipastikan lantai tersebut masih dapat digali dengan kedalaman 1.7m yang akan dipergunakan sebagai pit lift. Kasus yang sulit ialah jika dibawah pit terdapat pondasi / pile cab sehingga kedalaman galian tidak dapat mencapai kedalaman minimal.
Jika lokasi shaft lift tidak dapat dipindahkan , maka harus
dipilih sistem lift yang hanya memerlukan kedalam pit yang tidak terlalu dalam,
misal machine room less lift.
4. Harus diukur ketinggian dari lantai paling atas ke dak atap. Ukuran ini adalah ukuran overhead dari lift dan harus dipastikan memenuhi ukuran overheas minimum. Jika ukuran overhead existing tersebut kurang dari overhead minimum, maka harus dibuatkan panggungan di lantai ruang mesin. Ukuran overhead minimum untuk sistem lift dengan ruang mesin dan kecepatan 60 m/m adalah sekitar 4m. Jika tinggi overhead yang tersedia hanya 3.5m, maka harus dibuatkan panggungan setinggi 50cm pada lantai ruang mesin sehingga didapatkan overhead 4 m.
5. Harus dipastikan apakah di atas dak atap masih dapat dibangun ruang mesin, biasanya tinggi ruang mesin minum sekitar 2m, sehingga, jika ketinggian overhead sebesar 4 m, maka tinggi dari lantai paling atas ke slab atap ruang mesin adalah 6m. Kasus yang sulit ialah jika di atas dak atap tidak diperbolehkan untuk dibuat ruang mesin misal dikaenakan IMB ataupun karena alasan estetika, maka solusi yang dapat diambil ialah sistem lift machine room less (tanpa ruang mesin).
6. Harus diketahui dengan jelas apakah pada dinding shaft sudah terdapat ring balok diantara lantai. Ring balok antara diperlukan sebagai dudukan braket rail. Biasanya pada existing building riang balok anatara belum ada, hal ini dikarenakan desain awal ruang tersebut tidak diperuntukkan sebagai shaft lift, sehingga yang ada hanya balok lantai saja. Jika ring balok antara belum ada maka harus dipastikan apakah memungkinkan untuk ditambahkan ring balok tambahan pada struktur existing. Biasanya ring balok antara dari UNP/IWF merupakan solusi yang praktis untuk dipasang pada existing building.
7. Owner harus menegaskan lingkup kerja dari kontraktor lift, apakah pekerjaan lift termasuk pekerjaan sipil dan listril ataukah terpisah. Jika pekerjaan sipil dan listrik terpisah maka harus dipastikan koordinasi antar kontraktor lift dan kontraktor sipil dan listrik berjalan dengan baik. Pada esisting building, biasanya pekerjaan sipil cukup banyak, diantaranya memastikan struktur shaft sesuai dengan kebutuhan lift, penggalian dan pengecoran pit, pembobokan lantai, penambahan ring balok antara, perapihan dan lain sebagainya.
8. Untuk pekerjaan listrik, perlu diketahui alokasi daya listrik tersedia untuk lift dan posisi panel induk dari gedung. Hal ini diperlukan untuk penarikan kabel power listrik 3 phase ke shaft lift sampai dengan sub panel di ruang mesin. Pekerjaan listrik diantaranya tersiri dari : penyediaan dan penarikan kabel power, pengadaan sub panel listrik, penerangan di ruang mesin, stop kontak, saklar, dan pengadaan dan pemasangan exhaust fan / AC di ruang mesin.
9. Perlu ditentukan tipe pintu lift yang akan dipasang, apakah pintu otomatis ataukah pintu manual. Hal ini berpengaruh kepada konstruksi sipil disekitar pintu dan juga ketersediaan ruang di lobi lift.
Keberhasilan dari pemilihan sistem elevator yang tepat untuk existing building dapat dinilai dari beberapa parameter sebagai berikut :
1. Pemanfaatan ruang shaft yang optimal, sehingga didapatkan kapasitas optimal dari lift yang dipasang. Pada ruang shaft tidak terdapat banyak ruang kosong sehingga tidak diperlukan adanya “additional beam” untuk dudukan braket rail
2. Tipe mesin penggerak yang sesuai dengan peruntukkan lift sehingga diperoleh sistem yang optimal dan ekonomis. Untuk lift barang dapat dipilih chain/rope hoist yang lebih murah dari traction machine. Namun jangan sekali-kali memilih hoist untuk lift penumpang, karena hal tersebut tidak sesuai standar dan membahyakan pemunpang.
3. Posisi mesin dan ruang mesin yang optimal. Jika masih dimungkinkan, maka posisi mesin yang paling optimal adalah di atas shaft dan di dalam ruang mesin. Posisi mesin di bawah (bottom traction) akan memboroskan pemakaian wire rope dan sistem machine room less (tanpa ruang mesin) biasanya memerlukan biaya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan tipe machine room.
4. Pemilihan tipe pintu lift yang optimal. Jika frekuensi penggunaan lift sangat sedikit (misal pada homelift) atau jika faktor estetika tidak menjadi persoalan (lift barang), maka tipe pintu yang ekonomis untuk dipilih adalah tipe pintu manual (swing/ harmonika). Namun jika frekuensi pemakaian lift dan faktor estetika menjadi pertimbangan (misal lift kantor/lift rumah sakit), maka tipe pintu otomatis sebaiknya dipilih.
Jika dimungkinkan, untuk menghemat pekerjaan sipil dan untuk kebebasan desain lift, sebaiknya struktur shaft lift dibangun di luar gedung dan menempel pada existing building. Dengan demikian dapat dihilangkan biaya pembobokan lantai, pembobokan dak atap dan penggalian lantai yang harus disapkan jika shaft lift yang tersedia berada di dalam gedung. Selain penghematan dalam pekerjaan sipil, pembuatan shaft lift di luar gedung juga tidak akan mengganggu aktifitas pada existing building dan dapat memberikan kebebasan desain lift, misal kapasitas, finishing shaft dan dinding lift (misal dengan kaca) sehingga dapat diperoleh nilai estetika yang lebih tinggi.
4. Harus diukur ketinggian dari lantai paling atas ke dak atap. Ukuran ini adalah ukuran overhead dari lift dan harus dipastikan memenuhi ukuran overheas minimum. Jika ukuran overhead existing tersebut kurang dari overhead minimum, maka harus dibuatkan panggungan di lantai ruang mesin. Ukuran overhead minimum untuk sistem lift dengan ruang mesin dan kecepatan 60 m/m adalah sekitar 4m. Jika tinggi overhead yang tersedia hanya 3.5m, maka harus dibuatkan panggungan setinggi 50cm pada lantai ruang mesin sehingga didapatkan overhead 4 m.
5. Harus dipastikan apakah di atas dak atap masih dapat dibangun ruang mesin, biasanya tinggi ruang mesin minum sekitar 2m, sehingga, jika ketinggian overhead sebesar 4 m, maka tinggi dari lantai paling atas ke slab atap ruang mesin adalah 6m. Kasus yang sulit ialah jika di atas dak atap tidak diperbolehkan untuk dibuat ruang mesin misal dikaenakan IMB ataupun karena alasan estetika, maka solusi yang dapat diambil ialah sistem lift machine room less (tanpa ruang mesin).
6. Harus diketahui dengan jelas apakah pada dinding shaft sudah terdapat ring balok diantara lantai. Ring balok antara diperlukan sebagai dudukan braket rail. Biasanya pada existing building riang balok anatara belum ada, hal ini dikarenakan desain awal ruang tersebut tidak diperuntukkan sebagai shaft lift, sehingga yang ada hanya balok lantai saja. Jika ring balok antara belum ada maka harus dipastikan apakah memungkinkan untuk ditambahkan ring balok tambahan pada struktur existing. Biasanya ring balok antara dari UNP/IWF merupakan solusi yang praktis untuk dipasang pada existing building.
7. Owner harus menegaskan lingkup kerja dari kontraktor lift, apakah pekerjaan lift termasuk pekerjaan sipil dan listril ataukah terpisah. Jika pekerjaan sipil dan listrik terpisah maka harus dipastikan koordinasi antar kontraktor lift dan kontraktor sipil dan listrik berjalan dengan baik. Pada esisting building, biasanya pekerjaan sipil cukup banyak, diantaranya memastikan struktur shaft sesuai dengan kebutuhan lift, penggalian dan pengecoran pit, pembobokan lantai, penambahan ring balok antara, perapihan dan lain sebagainya.
8. Untuk pekerjaan listrik, perlu diketahui alokasi daya listrik tersedia untuk lift dan posisi panel induk dari gedung. Hal ini diperlukan untuk penarikan kabel power listrik 3 phase ke shaft lift sampai dengan sub panel di ruang mesin. Pekerjaan listrik diantaranya tersiri dari : penyediaan dan penarikan kabel power, pengadaan sub panel listrik, penerangan di ruang mesin, stop kontak, saklar, dan pengadaan dan pemasangan exhaust fan / AC di ruang mesin.
9. Perlu ditentukan tipe pintu lift yang akan dipasang, apakah pintu otomatis ataukah pintu manual. Hal ini berpengaruh kepada konstruksi sipil disekitar pintu dan juga ketersediaan ruang di lobi lift.
Keberhasilan dari pemilihan sistem elevator yang tepat untuk existing building dapat dinilai dari beberapa parameter sebagai berikut :
1. Pemanfaatan ruang shaft yang optimal, sehingga didapatkan kapasitas optimal dari lift yang dipasang. Pada ruang shaft tidak terdapat banyak ruang kosong sehingga tidak diperlukan adanya “additional beam” untuk dudukan braket rail
2. Tipe mesin penggerak yang sesuai dengan peruntukkan lift sehingga diperoleh sistem yang optimal dan ekonomis. Untuk lift barang dapat dipilih chain/rope hoist yang lebih murah dari traction machine. Namun jangan sekali-kali memilih hoist untuk lift penumpang, karena hal tersebut tidak sesuai standar dan membahyakan pemunpang.
3. Posisi mesin dan ruang mesin yang optimal. Jika masih dimungkinkan, maka posisi mesin yang paling optimal adalah di atas shaft dan di dalam ruang mesin. Posisi mesin di bawah (bottom traction) akan memboroskan pemakaian wire rope dan sistem machine room less (tanpa ruang mesin) biasanya memerlukan biaya yang lebih mahal jika dibandingkan dengan tipe machine room.
4. Pemilihan tipe pintu lift yang optimal. Jika frekuensi penggunaan lift sangat sedikit (misal pada homelift) atau jika faktor estetika tidak menjadi persoalan (lift barang), maka tipe pintu yang ekonomis untuk dipilih adalah tipe pintu manual (swing/ harmonika). Namun jika frekuensi pemakaian lift dan faktor estetika menjadi pertimbangan (misal lift kantor/lift rumah sakit), maka tipe pintu otomatis sebaiknya dipilih.
Jika dimungkinkan, untuk menghemat pekerjaan sipil dan untuk kebebasan desain lift, sebaiknya struktur shaft lift dibangun di luar gedung dan menempel pada existing building. Dengan demikian dapat dihilangkan biaya pembobokan lantai, pembobokan dak atap dan penggalian lantai yang harus disapkan jika shaft lift yang tersedia berada di dalam gedung. Selain penghematan dalam pekerjaan sipil, pembuatan shaft lift di luar gedung juga tidak akan mengganggu aktifitas pada existing building dan dapat memberikan kebebasan desain lift, misal kapasitas, finishing shaft dan dinding lift (misal dengan kaca) sehingga dapat diperoleh nilai estetika yang lebih tinggi.
Comments
Post a Comment