VARIETIES OF CRITICISM
( Aesthetic criticism, Logical criticism, Factual criticism, Positive criticism and Negative criticism )
1. Definisi kritik
Kritik adalah proses analisis dan evaluasi terhadap sesuatu dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman, memperluas apresiasi, atau membantu memperbaiki pekerjaan. Secara etimologis berasal dari bahasa Yunani κριτικός, 'clitikos - "yang membedakan", kata ini sendiri diturunkan dari bahasa Yunani Kuno κριτής, krités, artinya "orang yang memberikan pendapat beralasan" atau "analisis", "pertimbangan nilai", "interpretasi", atau "pengamatan". Istilah ini biasa dipergunakan untuk menggambarkan seorang pengikut posisi yang berselisih dengan atau menentang objek kritikan.
Kritikus modern mencakup kaum profesi atau amatir yang secara teratur memberikan pendapat atau menginterpretasikan seni pentas atau karya lain (seperti karya seniman, ilmuwan, musisi atau aktor) dan, biasanya, menerbitkan pengamatan mereka, sering di jurnal ilmiah. Kaum kritikus banyak jumlahnya di berbagai bidang, termasuk kritikus seni, musik, film, teater atau sandiwara, rumah makan dan penerbitan ilmiah.
Kritik arsitektur merupakan tanggapan dari hasil sebuah pengamatan terhadap suatu karya arsitektur. Disitu orang merekam dengan berbagai indra kelimanya kemudian mengamati, memahami dengan penuh kesadaran dan menyimpannya dalam memori dan untuk ditindaklanjuti dengan ucapan dalam bentuk pernyataan,ungkapan dan penggambaran dari benda yang diamatinya.
2. Jenis – jenis kritik
a. Kritik terukur
▪ Norma pengukuran digunakan untuk memberi arah yang lebih kuantitatif. Hal ini sebagai bentuk analogi dari ilmu pengetahuan alam.
▪ Pengolahan melalui statistik atau teknik lain akan mengungkapkan informasi baru tentang objek yang terukur dan wawasan tertentu dalam studi.
▪ Bilangan atau standard pengukuran secara khusus memberi norma bagaimana bangunan diperkirakan pelaksanaannya.
▪ Standardisasi pengukuran dalam desain bangunan dapat berupa :
▪ Ukuran batas minimum atau maksimum, Ukuran batas rata-rata (avarage), Kondisikondisi yang dikehendaki Contoh : Bagaimana Pemerintah daerah melalui Peraturan Tata Bangunan menjelaskan beberapa sandard normatif : Batas maksimal ketinggian bangunan, sempadan bangunan, Luas terbangun, ketinggian pagar yang diijinka
▪ Adakalanya standard dalam pengukuran tidak digunakan secara eksplisit sebagai metoda kritik karena masih belum cukup memenuhi syarat kritik sebagai sebuah norma Contoh : Bagaimana Huxtable menjelaskan tentang kesuksesan perkawinan antara seni di dalam arsitektur dengan bisnis investasi konstruksi yang diukur melalui standardisasi harga-harga. Norma atau standard yang digunakan dalam Kritik pengukuran yang bergantung pada ukuran minimum/maksimum, kondisi yang dikehendaki selalu merefleksikan berbagai tujuan dari bangunan itu sendiri.
Tujuan dari bangunan biasanya diuraikan dalam tiga ragam petunjuk sebagai beikut:
• Tujuan Teknis ( Technical Goals)
• Tujuan Fungsi ( Functional Goals)
• Tujuan Perilaku ( Behavioural Goals)
b. Kritik normatif
Mengkritisi sesuatu baik abstrak maupun konkrit sesuai dengan norma,aturan,ketentuan yang ada.
Hakikat kritik normatif adalah
• Adanya keyakinan (conviction) bahwa di lingkungan dunia manapun, bangunan dan wilayah perkotaan selalu dibangun melalui suatu model, pola, standard atau sandaran sebagai sebuah prinsip.
• Dan melalui ini kualitas dan kesuksesan sebuah lingkungan binaan dapat dinilai.
• Norma bisa jadi berupa standar yang bersifat fisik, tetapi adakalanya juga bersifat kualitatif dan tidak dapat dikuantifikasikan.
• Norma juga berupa sesuatu yang tidak konkrit dan bersifat umum dan hampir tidak ada kaitannya dengan bangunan sebagai sebuah benda konstruksi.
4 metode sebagai kritik normatif seperti berikut :
a. Doktrin ( satu norma yang bersifat general, pernyataan prinsip yang tak terukur)
b. Sistem ( suatu norma penyusunan elemen-elemen yang saling berkaitan untuk satu tujuan)
c. Tipe ( suatu norma yang didasarkan pada model yang digenralisasi untuk satu kategori bangunan spesifik)
d. Ukuran ( sekumpulan dugaan yang mampu mendefinisikan bangunan dengan baik secara kuantitatif)
c. Kritik interpretif
Kritik interpretif atau kritik penafsiran yakni merupakan sebuah kritik yang menafsirkan namun tidak menilai secara judgemental,
Hakikat Kritik interpretif ;
- Seorang kritikus sebagai seorang interpreter atau pengamat yang sangat personal.
- Bentuk kritik cenderung subjektif namun tanpa ditunggangi oleh klaim doktrin. Klaim objektifitas melalui pengukuran yang terevaluasi.
- Mempengaruhi pandangan orang lain untuk bisa memandang sebagaimana yang kita lihat.
- Menyajikan satu perspektif baru atas satu objek atau satu cara baru memandang bangunan.
- Melalui rasa artistiknya mempengaruhi pengamat merasakan sama sebagaimana yang ia alami.
- Membangun satu karya ‘bayangan’ yang independen melalui bangunan sebagimana milikinya.
Dan terdapat tiga teknik kritik interpretif diantaranya :
- Advocatory
- Evocative
- Impressionalistic
d. Kritik impressionnis
(Imppressionis Criticism) (Kritik dipakai sebagai alat untuk melahirkan karya seni baru). Kritik ini menggunakan karya seni atau bangunan sebagai dasar bagi pembentukan karya seninya.
Kritik impresionis dapat berbentuk :
· Verbal discourse (narasi verbal puisi atau prosa).
· Caligramme (paduan kata)
· Painting (lukisan)
· Photo image (imagi foto)
· Modification of building (Modifikasi bangunan)
· Cartoon (menampilakan gambar bangunan dengan cara yang lebih menyenangkan).
e. Kritik deskriptif
- Dibanding metode kritik lain metode kritik deskriptif tampak lebih nyata (faktual) Deskriptif mencatat fakta-fakta pengalaman seseorang terhadap bangunan atau kota
- Lebih bertujuan pada kenyataan bahwa jika kita tahu apa yang sesungguhnya suatu kejadian dan proses kejadiannya maka kita dapat lebih memahami makna bangunan.
- Lebih dipahami sebagai sebuah landasan untuk memahami bangunan melalui berbagai unsur bentuk yang ditampilkannya
- Tidak dipandang sebagai bentuk to judge atau to interprete. Tetapi sekadar metode untuk melihat bangunan sebagaimana apa adanya dan apa yang terjadi di dalamnya.
Kritik Deskriptif terdiri dari :
▪ Kritik Depiktif Depictive Criticism (Gambaran bangunan)
Depictive kritik tidak dapat disebut kritik sepenuhnya karena tidak menggunakan pertanyaan baik atau buruk. Kritik ini focus pada bagian bentuk, material, serta teksture. Depictictive kritik pada sebuah bangunan jarang digunakan karena tidak menciptakan sesuatu yang controversial, dan dikarenakan cara membawakan verbal mengenai fenomena fisik jarang provocative atau seductive to menahan keinginan pembaca untuk tetap memperhatikan. Fotografi paling sering digunakan ketika ketelitian dalam penggambaran bahan bangunan diinginkan.
▪ Kritik Biografis Biographical Criticism (Riwayat Hidup)
Kritik yang hanya mencurahkan perhatiannya pada sang artist (penciptanya), khususnya aktifitas yang telah dilakukannya. Memahami dengan logis perkembangan sang artis sangat diperlukan untuk memisahkan perhatian kita terhadap intensitasnya pada karya-karyanya secara spesifik.
▪ Kritik Kontekstual Contextual Criticism (Persitiwa)
Untuk memberikan lebih ketelitian untuk lebih mengerti suatu bangunan, diperlukan beragam informasi dekriptif, informasi seperti aspek-aspek tentang sosial, political, dan ekonomi konteks bangunan yang telah didesain. kebanyakan kritikus tidak mengetahui rahasia informasi mengenai faktor yang mempengaruhi proses desain kecuali mereka pribadi terlibat. Dalam kasus lain, ketika kritikus memiliki beberapa akses ke informasi, mereka tidak mampu untuk menerbitkannya karena takut tindakan hukum terhadap mereka. Tetapi informasi yang tidak controversial tentang konteks suatu desain suatu bangunan terkadang tersedia.
3. Ciri – ciri kritik
▪ Bersifat menanggapi atau mengomentari karya orang lain
▪ Menunjukkan kelebihan maupun kekurangan
▪ Memberi saran perbaikan
▪ Bertujuan menjembatani pemahaman pembaca/apresiator/apresian dengan karya bersangkutan
Comments
Post a Comment