ARSITEKTUR RELIGIUS

 

Sumber : Arsitekturdwi



Arsitektur Religius adalah Praktik arsitektur yang berkaitan dengan desain dan konstruksi tempat ibadah atau ruang sakral seperti gereja, mesjid , stupa, sinagong dan kuil. Banyak budaya mencyrahkan sumber daya yang cukup besar untuk arsitektur religius dan tempat ibadah mereka. Ruang religius dan sakral adalah di antara bangunan monolitik paling mengesankan dan permanen yang diciptakan oleh manusia. Sebaliknya, arsitektur sakral sebagai tempat untuk meta-keintiman mungkin juga non-monolitik, singkat dan sangat pribadi, pribadi dan non-publik.


Salah satu contoh Arsitektur Bali


Arsitektur Tradisional Bali dapat diartikan sebagai tata ruang dari wadah kehidupan masyrakata bali yang telah berkembang secara turun-temurun dengan segala aturan-aturan yang diwarisi dari zaman dahulu, sampai pada perkembangan satu wujud dengan ciri-ciri fisik yang terungkap pada lontar Asta Kosala-Kosali, Asta Patali dan lainnya.


Rumah Tradisional Bali



Tatanan Massa Rumah Tradisional Bali

Dalam Ngakan (2003) Budaya tradisional Bali adalah wujud pengaturan tingkah laku umat agama Hindu yang mengajarkan manusia mengharmoniskan alam semesta dan segala isinya yang disebut dengan Makrokosmos.

Susunan Kosmos Konsep Tri Hita Karana



Tri Angga Karana juga menurunkan konsep ruang dalam Tri Angga (tata nilai secara vertikal) .yaitu utama Angga, Madya Angga dan Nista Angga, dimana dalam Bhuana Agung/ alam semesta disebut Tri Loka yang meliputi Bhur Loka (Angkasa), dan Swah Loka (Surga). Hal tersebut didasarkan secara vertikal yaitu, Utama merupakan posisi sakral, Madya pada posisi tengah, dan Nista merupakan posisi terendah.


Susunan Kosmos Konsep Tri Angga



Tri Angga memiliki tata nilai _Hulu-Teben yang bedasarkan sumbu bumi yaitu, arah kaja/gunung yang nilai Utama dan arah kelod/laut yang nilai Nista. Sedaangkan pada sumbu matahari ; nilai utama pad arah matahari terbit dan tenggelam merupakan nilai Nista. Kedua nilai digabungkan maka membentuk pola Sanga Mandala.


Tri Mandala merupakan hubungan manusia dengan Tuhannya dimana aktivitasnya dilakukan di Utama Mandala, Madya Mandala adalah aktivitas yang dilakukan dalam hubungan dengan sesamanya, dan hubungan manusia dengan lingkungannya dilakukan di Nista Mandala (Wayan, 2011). Sanga Mandala menjadi konsepsi tata ruang dalam penzoningan kegiatan dan tata letak bangunan dalam pekarangan rumah. Daerah Utamaning utama (kaja-kangin) merupakan tata letak untuk kegiatan yang dianggap utama yang memerlukan ketenangan, dan daerah nistaning nista (klod kauh) merupakan tata letak untuk kegiatan yang dianggap kotor/sibuk, sedangkan tata letak untuk kegiatan diantaranya diletakan pada bagian tengah (Sulistyawati. dkk, 1985).



Comments